PENGGUNAAN
LABEL BAGI
ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dosen :
Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd
Disusun
Oleh:
Kelompok
10
Sukma Wulandari (17003154)
Sylvia Dwi Utami (17003156)
Fairuz Luthfiyah (17003162)
M. Fauzan Ardiyus (17003018)
PENDIDIKAN
LUAR BIASA
FAKULTAS
ILMI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGRI PADANG
PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Shalawat beriring salam tak lupa juga kita berikan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang berilmu seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam
makalah ini berisi tentang Penggunaan Label Bagi anak Berkebutuhan Khusus.
Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing dan semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang penulis harapkan dapat tercapai. Amin.
Padang,
03 November 2017
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................1
B. Rumusan
Masalah................................................................1
C. Tujuan
Masalah...................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Proses
Penentuan Label.....................................................3
B. Macam
- macam Label bagi Penyandang kebutuhan khusus....4
C. Pro
dan Kontra Pengguanaan Label...................................6
D. Arah
Pengembangan Penggunaan label..............................8
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................11
B. Saran................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penggunaan
Lebel dalam pelayanan pendidikan anak nerkebutuhan Khusus memberikan suatu
tantangan tersendiri bagi guru. Hal ini
bertentangan dengan salah satu prinsip dalam cara memandang dan menyikapi
penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus itu sendiri.
Berbicara mengenai Anak
Berkebutuhan Khusus atau ABK masih sering terjadi ketidak konsistenan dalam
menggunakan istilahnya. Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang
dianggap sebagai padanan kata dari istilah berkelainan atau anak penyandang
cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak
berkebutuha khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang
memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk didalamnya anak
penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam
pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya
dapat dipenuhi.
Memberikan layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak boleh tidak
boleh terjadi diskriminatif atau membeda bedakan antara anak berkebutuhan
khusus dengan yang tidak berkebutuhan, mereka semua meiliki hak yang sama dalam
kesempatan memperoleh layanan pendidikan, kesehatan, sosial, memperoleh
pekerjaan, bersosialisasi di tengah masyarakat normal, dsb.
Namun ketika akan membuat suatu
rencana program payanan penddikan kita perlu
menentukan label kepada anak berkebutuhan khusus.
B.Rumusan
Masalah
1. Apa yang di sebut proses Penentuan Label ?
2. Bagaimana proses Penentuan Label ?
3. Bagaimana Macam - macam Label bagi Penyandang
kebutuhan khusus?
4. Bagaimana Pro dan Kontra Pengguanaan Label?
5. Bagaimana Arah Pengembangan Penggunaan label?
C.Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut diatas, tujuan dan kegunaan makalah ini adalah dapat Mengetahui proses
Penentuan Label, Macam - macam Label
bagi Penyandang kebutuhan khusus, Pro dan Kontra Pengguanaan Label, Arah
Pengembangan Penggunaan label, serta dapat menentukan sikap tentang penggunaaan
label bagi anak berkebutuhan khusus, kapan label diperlukan dan label tidak
diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Penentuan Label
1. Pengertian dan Tujuan
Klasifikasi dan
pengguanaan label merupakan tindakan sosial dengan tujuan menempatkananak dalam
lingkungan pendidikan yang lebih mendukung atau mengidentifikasi individu tidak
normal yang perlu di singkirkan dari kehidupan masyarakat. Dokter menggunakan label untuk membedakan yang
sakit dan sehat, sosiologi mengggunakan label untuk membedakan prilaku yang
secara sosial menyimpang dari bidaya yang berlaku,psikolog dan pendidik
menggunakan lebel untuk mengidentifikasi
anak yang menunjukkan perbedaan dalam perilaku fisik, atau kemampuan belajar
sehingga memerlukan layanan khusus dalam pembelajaran.
Beberapa label mempunyai dampak yang negatif, misalnya
tunalaras, mereka cenderung dikucilkan di masyarakat, label tunagrahita,
berdampak pada perlakuan guruyang cenderung mempunyai harapan prestasi yang
rendah pada anak tersebut.
2. Label resmi dan tidak resmi
Pemberi label
resmi ditunjuk oleh sebagian besar anggota masyarakat untuk mengidentifikasi
individu yang tidak memenuhi kriteria keabnormalan yang disepakati masyarakat.
Sistem peradilan (polisi, jaksa, hakim) melabel seseorah yang melakukan tindak
kejahatan sebagai penjahat. Contoh lain
pemberi label resmi adalah dokter atau
ilmuan sosial.
Label tak resmi
mempunyai dampak yang lebih sempit. Pemberian
label tak resmi adalah orang lain yang dekat, seperti, keluarga teman
atau guru dan penggunaan label ini terbatas pada kelompok tertentu. Contoh:
bodoh, tolol, cacat, gemuk, dungu, atau gila (label negatif), cakap, kalem,
pintar, elok laku (label positif). Label tak resmi yang semula hanya terbatas
penggunaannya, namun semakin meluas akhirnya menjadi label resmi.
3. Pendekatan dalam penggunaan label
a. Pendekatan relativitas
statistik (statiscal relativity). Pendekatan ini berdasarkan pada teori
perkembangan dan pertumbuhan manusia, yaitu perkembangan dan pertumnbuhan
intelegensi/mental, emosi dan fisik.
b. pendekatan relativitas yan
telah di tetapkan oleh satu struktur sosila tertentu.
c. pendekatan relativitas internal
(internal/individual relativity). Pendekatan yan berdasarkan pada persepsi diri
orang yang mempunyai label itu sendiri.
B.
Macam
- macam label bagi Penyandang kebutuhan khusus
Dulu penggunaan
label dan klasifikasi bertujuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus yang
harus di pisahkan dari teman temannya
yang tidak berkebutuhan khusus. Contoh, pengguanaan label di indonesia berbeda dengan sistem label eropa. Hal ini
terjadi karena sistem layanan pendidikan khuhus di indonesia berbeda dengan
yang di pakai di negara indonesia dengan
negara - negara Eropa.
Kementrian sosial mengguanakan sistem label berdasarkan PP No. 36 tentang Usaha kesejahteraan Sosial
bagi pendirita cacat, sebagi berikut:
1.
Cacat Netra
2.
Cacat rungu- wicara
3.
Cacat mental
4.
Cacat tubuh
5.
Cacat eks penderita penyakit kronis
Pmberian label seperti di atas
tujuan untuk pemberian bantuan sosial. Sementara kementerian pendidiakn dan
kebudayaan mengguanakan label sehingga sebagi berikut:
1.
Kelainan fisik : Tunanetra , Tunarungu-wicara, yunadaksa
2.
kelaianan mental : tugrahita ringan dan sedang.
3. ganguan emosi:
4.
kelainan ganda : tunaganda/ cacat ganda.
Dengan layanan pendidikan khusus yag
lebih meju depertemen pendidikan Amerika Serikat menggunakan label sebagai
berikut:
1.
kesulitan belajar spesik
2.
Gangguan wicara
3.
Retardasi Mental
4.
gangguan emosi
5.
Ganguan endengaran
6.
Cacat ganda
7.
Cacat Tubuh
9.
Gangguan kesehatan
10.
Gagguan penglihatan
C.
Pro
dan Kontra pengguanaan Label
1. Dukungan terhadap
Pengguanaan label
Alasan para
pakar yang mendukung pengunaan labe alasannya sebagai berikut:
a. Pendanaan layanan
sosial dan pendidikan si disediakan berdasar label.
b. Label membantu
tenaga profesi saling berkomunikasi ecara efektif .
c. menghilangkan label
yang sekarang dipakai akan memunculkan label baru.
d. penggunaan
mempermudah masayarakat untuk mengidentifikasi anata berbagai kategori.
2. Keberatan atas penggunaan label
Alasan para pakar yang keberatan dengan
penggunaan label alasan nya sebagai berikut:
a.
Label mengakibatkan stigma, stereotipe, dan sikap curiga terhadap penyandang
cacat.
b.
Label menunjukkan kemalsan dalam membuat keputusan dalam pendidikan.
c.
Satu label yang sama dapat mengundang penafsiran yang berbeda-beda dalam makna
dan kriteria penentuannya
d.
Label dapat berpengaruh negatif pada harga diri
dan prestasi belajar anak berkebutuhan khusus.
3. Dampak penggunaan
label
Labeling atau
penyebutan terhadap anak berkebutuhan khusus merupakan persoalan krusial yang
sering menjadi perdebatan. Ketika masyarakat memandang bahwa “anak
berkebutuhan khusus” adalah anak yang mengalami kekurangan atau ketidak-sempurnaan
pada sebagian dari fungsi tubuhnya, maka label yang dipakai adalah “cacat” atau
kata “tuna”.
Situasi yang
lebih tragis lagi mengenai label ini, bahkan masih kita saksikan sampai saat
ini, yaitu sebutan cacat yang masih banyak dipakai oleh banyak masyarakat
bahkan di lembaga-lembaga pemerintahan sekalipun.
Dalam dunia
pendidikan isu label ini menjadi terasa lebih strategis dan signifikan
karena akan mempengaruhi cara pandang sekaligus juga cara yang
dikembangkan oleh para guru dalam memberikan perlakuan atau layanan pendidikan
kepada mereka.
Beberapa dampak
negatif yang mungkin terjadi pada ABK akibat penggunaan label negatif di
antaranya adalah :
a. sifat inferiority (rendah
diri), ketidakyakinan diri (low self efficacy), rendahnya harapan
terhadap kesuksesan (low self axpectation), penarikan diri (withdrawel)
dan sikap apatis. Sedangkan dampak yang mungkin terjadi dari sisi lingkungan
atau masyarakat adalah :
b. sikap kurang menghargai, penolakan dan atau
kecenderungan untuk tidak melibatkan ABK dalam peran-peran sosial di
masyarakat.
Kini ada
kecenderungan bahwa ABK harus dilihat pertama-tama sebagai manusia pada umumnya
yakni anak yang sedang berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Bedanya dengan
anak-anak yang lain adalah bahwa mereka memiliki kebutuhan khusus tertentu yang
disebabkan karena ada hambatan dalam fungsi-fungsi tertentu dalam dirinya.
D.
Arah
Pengembangan Penggunaan label
Dulu
pengguanaan label untuk memudahkan pelayanan masing-masing jenis anak
berkebutuhan khusus, tetapi setelah terbukti dengan pengguanaan label tersebut
tidak menjamin terjawujudnya kaitan antara masalah yang hadapi anak dengan
intervensinya, dirasakan perlu adanyaperubahan.
Saat ini penggunaan label mulai
dihentikan, salah satu alternatif yaitu dengan mendeskripsifkan kebutuhan anak,
yang meliputi hambatan, kelemahan, kemampuan, dan potensi yang di miliki anak.
Penggunaan label juga bergeser pada gurunya,
dulu namanya guru pendidikan khusus,saat inin bergeser menjadi guru pembimbing khusu, guru ruang
khusus, guru orientasi &mobilitas , dsb. Reynold dan birch(1988) dalam
Sunardi (1996) mengusulkan perubahan yang lebih moderat, tetapi logis dapat di
laksanakan.
Pertama, label tertentu layak untuk di
pertahanka, seperti gangguan penglihatan , pendenganran wicara, cacat berat,
dan berbakat. Mempertahankan label bukan bereti mencegah para penyandang
mengikuti pembelajaran bersama teman-temannya yang tidak berlabel. Anak ini
memang mempuyai kebutuhan khusus dalam pendidikan, namun harus diingat bahwa
setiap individu dalamkaegori yang sama harus dilihat secara individual.
Kedua, untuk jenis kecacatan lain yaitu
retardasi mental,berkesulitan belajar dan mengganggu emosi dan gangguan emosi,
sebaiknya digunakan pendekatan non kategoris. Untuk penanganan anak-anak ini
diperlukan kerjasama yang erat antara guru kelas dengan guru khusus, dengan
mencipakan lingkungan yang memungkinkan semua anak terlayani dikelas-kelas
biasa.
Reynolds dan Birch (1988) dalam Sunardi
(1996) juga mengemukakan beberapa tips dalam pengembangan labelnya, yaitu:
1.
Dengan memperkuat program-program intergrasi, upaya terus diadakan untuk
semakin memperkecil jumlah anak usia sekolah yang diklasifikasikan sebagai
cacat.
2.
Proses diagnosa dan klasifikasi siswa harussepenuhnnya berorientasi pada
perbaikan pembelajaran berdasarkan kurikulum (curriculum based classification
and diagnoses), bukan berorientasi pada penyebab (etiology and simple
prognoses).
3.
Kategori kelainan yang dipakai seharusnya lebih bersifat administratif dan
edukatif, dengan menghindarkan hal-hal yang sangat medis yang dapat menimbulkan
asumsi bahwa kelainan itu menular.
4.
Diagnosa sebaiknya bersifat dimensional berdasarkan semua data asesmen, bukan
bersifat kategoris atau tipologis.
5.
Proses asesmen harus sepenuhnya berorientasi pada kebutuhan khusus anak dalam
layanan pendidikan.
6. Anak-anak cacat ringan sebaiknya dilayani
secara non kategoris.
7.
Guru PLB (khusus) non kategoris bekerja dikelas biasa untuk dapat melayani anak
yang memerlukan berbagai jenis layanan khusus.
8.
Dana khusus plb seharusnya dikaitkan dengan jenis layanan atau tenaga khusus,
bukan pada jenis kecacatan yang disandang anak.
9.
PLB bekerja sama dengan pendidikan biasa dalam upaya pencegahan kecacatan dan
penyediaan layanan bagi anak yang memang termasuk luar biasa.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pemberi label
resmi ditunjuk oleh sebagian besar anggota masyarakat untuk mengidentifikasi
individu yang tidak memenuhi kriteria keabnormalan yang disepakati masyarakat.
Sistem peradilan (polisi, jaksa, hakim) melabel seseorah yang melakukan tindak
kejahatan sebagai penjahat. Namun, saat ini penggunaan label mulai dihentikan,
salah satu alternatif yaitu dengan mendeskripsifkan kebutuhan anak, yang
meliputi hambatan, kelemahan, kemampuan, dan potensi yang di miliki anak.
B. Saran
Semoga mahasiswa
mengetahui tentang label anak berkebutuhan khusus. Karena pada kenyataanya
sekarang anak berkebutuhan khusus sudah sering dijumpai di masyarakat dewasa
ini dengan anak-anak normal lainnya. mau
tidak mau harus mengetahui bagaiman label pada anak berkebutuhan khusu tersebut
tanpa terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA
Ganda
Sumekar.2012.Ortopedagogik.Padang:UNP Press.
Nurjannah.enje14.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar