Rabu, 08 November 2017

orto kel 10 PENGGUNAAN LABEL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS




PENGGUNAAN LABEL BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

 


Dosen :
Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Sukma Wulandari       (17003154)
Sylvia Dwi Utami       (17003156)
   Fairuz Luthfiyah         (17003162)
                                       M. Fauzan Ardiyus     (17003018)



PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
PADANG
2017



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam tak lupa juga kita berikan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang berilmu seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam makalah ini berisi tentang Penggunaan Label Bagi anak Berkebutuhan Khusus. Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah ini.
 Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang penulis harapkan dapat tercapai. Amin.

                                                           
                                                                                    Padang, 03 November  2017
                                                                                                     Penulis



i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................1
B.     Rumusan Masalah................................................................1
C.     Tujuan Masalah...................................................................2
BAB II            PEMBAHASAN
A.    Proses Penentuan Label.....................................................3
B.     Macam - macam Label bagi Penyandang kebutuhan khusus....4
C.     Pro dan Kontra Pengguanaan Label...................................6
D.    Arah Pengembangan Penggunaan label..............................8
BAB III          PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................11
B.     Saran................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12







ii




BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Penggunaan Lebel dalam pelayanan pendidikan anak nerkebutuhan Khusus memberikan suatu tantangan tersendiri bagi guru.  Hal ini bertentangan dengan salah satu prinsip dalam cara memandang dan menyikapi penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus itu sendiri.
            Berbicara mengenai Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK masih sering terjadi ketidak konsistenan dalam menggunakan istilahnya. Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap sebagai padanan kata dari istilah berkelainan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuha khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk didalamnya anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
            Memberikan layanan pendidikan  anak berkebutuhan khusus tidak boleh tidak boleh terjadi diskriminatif atau membeda bedakan antara anak berkebutuhan khusus dengan yang tidak berkebutuhan, mereka semua meiliki hak yang sama dalam kesempatan memperoleh layanan pendidikan, kesehatan, sosial, memperoleh pekerjaan, bersosialisasi di tengah masyarakat normal, dsb. 
            Namun ketika akan membuat suatu rencana program payanan penddikan kita  perlu menentukan label kepada anak berkebutuhan khusus.

B.Rumusan Masalah
1.     Apa yang di sebut proses Penentuan Label ?
2.     Bagaimana proses Penentuan Label ?
3.     Bagaimana Macam - macam Label bagi Penyandang kebutuhan khusus?
4.     Bagaimana Pro dan Kontra Pengguanaan Label?
5.     Bagaimana Arah Pengembangan Penggunaan label?

C.Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan dan kegunaan makalah ini adalah dapat   Mengetahui proses Penentuan Label,  Macam - macam Label bagi Penyandang kebutuhan khusus, Pro dan Kontra Pengguanaan Label, Arah Pengembangan Penggunaan label, serta dapat menentukan sikap tentang penggunaaan label bagi anak berkebutuhan khusus, kapan label diperlukan dan label tidak diperlukan.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Proses Penentuan Label
1. Pengertian dan Tujuan
       Klasifikasi dan pengguanaan label merupakan tindakan sosial dengan tujuan menempatkananak dalam lingkungan pendidikan yang lebih mendukung atau mengidentifikasi individu tidak normal yang perlu di singkirkan dari kehidupan masyarakat.  Dokter menggunakan label untuk membedakan yang sakit dan sehat, sosiologi mengggunakan label untuk membedakan prilaku yang secara sosial menyimpang dari bidaya yang berlaku,psikolog dan pendidik menggunakan  lebel untuk mengidentifikasi anak yang menunjukkan perbedaan dalam perilaku fisik, atau kemampuan belajar sehingga memerlukan layanan khusus dalam pembelajaran.
Beberapa label mempunyai dampak yang negatif, misalnya tunalaras, mereka cenderung dikucilkan di masyarakat, label tunagrahita, berdampak pada perlakuan guruyang cenderung mempunyai harapan prestasi yang rendah pada anak tersebut.
2. Label resmi dan tidak resmi
       Pemberi label resmi ditunjuk oleh sebagian besar anggota masyarakat untuk mengidentifikasi individu yang tidak memenuhi kriteria keabnormalan yang disepakati masyarakat. Sistem peradilan (polisi, jaksa, hakim) melabel seseorah yang melakukan tindak kejahatan sebagai penjahat.  Contoh lain pemberi label  resmi adalah dokter atau ilmuan sosial.
       Label tak resmi mempunyai dampak yang lebih sempit. Pemberian  label tak resmi adalah orang lain yang dekat, seperti, keluarga teman atau guru dan penggunaan label ini terbatas pada kelompok tertentu. Contoh: bodoh, tolol, cacat, gemuk, dungu, atau gila (label negatif), cakap, kalem, pintar, elok laku (label positif). Label tak resmi yang semula hanya terbatas penggunaannya, namun semakin meluas akhirnya menjadi label resmi.
3. Pendekatan dalam penggunaan label
a. Pendekatan relativitas statistik (statiscal relativity). Pendekatan ini berdasarkan pada teori perkembangan dan pertumbuhan manusia, yaitu perkembangan dan pertumnbuhan intelegensi/mental, emosi dan fisik.
b. pendekatan relativitas yan telah di tetapkan oleh satu struktur sosila tertentu.
c. pendekatan relativitas internal (internal/individual relativity). Pendekatan yan berdasarkan pada persepsi diri orang yang mempunyai label itu sendiri.

B.  Macam - macam label bagi Penyandang kebutuhan khusus
 Dulu penggunaan label dan klasifikasi bertujuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus yang harus di pisahkan dari  teman temannya yang tidak berkebutuhan khusus. Contoh, pengguanaan label di indonesia  berbeda dengan sistem label eropa. Hal ini terjadi karena sistem layanan pendidikan khuhus di indonesia berbeda dengan yang di pakai di  negara indonesia dengan negara - negara  Eropa.
            Kementrian sosial  mengguanakan sistem label berdasarkan PP  No. 36 tentang Usaha kesejahteraan Sosial bagi pendirita cacat,  sebagi berikut:
1. Cacat Netra
2. Cacat rungu- wicara
3. Cacat mental
4. Cacat tubuh
5. Cacat eks penderita penyakit kronis
            Pmberian label seperti di atas tujuan untuk pemberian  bantuan sosial.  Sementara kementerian pendidiakn dan kebudayaan mengguanakan label sehingga sebagi berikut:
1. Kelainan fisik : Tunanetra , Tunarungu-wicara, yunadaksa
2. kelaianan mental : tugrahita ringan dan sedang.
3.  ganguan emosi:
4. kelainan ganda : tunaganda/ cacat ganda.
            Dengan layanan pendidikan khusus yag lebih meju depertemen pendidikan Amerika Serikat menggunakan label sebagai berikut:
1. kesulitan belajar spesik
2. Gangguan wicara
3. Retardasi  Mental
4. gangguan emosi
5. Ganguan endengaran
6. Cacat ganda
7. Cacat Tubuh
9. Gangguan kesehatan
10. Gagguan penglihatan

C.  Pro dan Kontra pengguanaan Label
1. Dukungan terhadap Pengguanaan label
       Alasan para pakar yang mendukung pengunaan labe alasannya sebagai berikut:
a. Pendanaan layanan sosial dan pendidikan si disediakan berdasar label.
b. Label membantu tenaga profesi saling berkomunikasi ecara efektif .
c. menghilangkan label yang sekarang dipakai akan memunculkan label baru.
d. penggunaan mempermudah masayarakat untuk mengidentifikasi anata berbagai kategori.
2.  Keberatan atas penggunaan label
       Alasan para pakar yang keberatan dengan penggunaan label alasan nya sebagai berikut:
a. Label mengakibatkan stigma, stereotipe, dan sikap curiga terhadap penyandang cacat.
b. Label menunjukkan kemalsan dalam membuat keputusan dalam pendidikan.
c. Satu label yang sama dapat mengundang penafsiran yang berbeda-beda dalam makna dan kriteria penentuannya
d. Label dapat berpengaruh negatif pada harga diri  dan prestasi belajar anak berkebutuhan khusus.   

3. Dampak penggunaan label
Labeling atau penyebutan terhadap anak berkebutuhan khusus merupakan persoalan krusial yang sering menjadi perdebatan.  Ketika masyarakat memandang bahwa “anak berkebutuhan khusus” adalah anak yang mengalami kekurangan atau ketidak-sempurnaan pada sebagian dari fungsi tubuhnya, maka label yang dipakai adalah “cacat” atau kata “tuna”.
Situasi yang lebih tragis lagi mengenai label ini, bahkan masih kita saksikan sampai saat ini, yaitu sebutan cacat yang masih banyak dipakai oleh banyak masyarakat bahkan di lembaga-lembaga pemerintahan sekalipun.
Dalam dunia pendidikan isu label ini menjadi terasa lebih strategis dan signifikan karena  akan mempengaruhi  cara pandang sekaligus juga cara yang dikembangkan oleh para guru dalam memberikan perlakuan atau layanan pendidikan kepada mereka.
Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi pada ABK akibat penggunaan label negatif di antaranya adalah :
a. sifat inferiority (rendah diri), ketidakyakinan diri (low self efficacy), rendahnya harapan  terhadap kesuksesan (low self axpectation), penarikan diri (withdrawel) dan sikap apatis. Sedangkan dampak yang mungkin terjadi dari sisi lingkungan atau masyarakat adalah :
b. sikap kurang menghargai, penolakan dan atau kecenderungan untuk tidak melibatkan ABK dalam peran-peran sosial di masyarakat.
Kini ada kecenderungan bahwa ABK harus dilihat pertama-tama sebagai manusia pada umumnya yakni anak yang sedang berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Bedanya dengan anak-anak yang lain adalah bahwa mereka memiliki kebutuhan khusus tertentu yang disebabkan karena ada hambatan dalam fungsi-fungsi tertentu dalam dirinya.
D.  Arah Pengembangan Penggunaan label
Dulu pengguanaan label untuk memudahkan pelayanan masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus, tetapi setelah terbukti dengan pengguanaan label tersebut tidak menjamin terjawujudnya kaitan antara masalah yang hadapi anak dengan intervensinya, dirasakan perlu adanyaperubahan.
       Saat ini penggunaan label mulai dihentikan, salah satu alternatif yaitu dengan mendeskripsifkan kebutuhan anak, yang meliputi hambatan, kelemahan, kemampuan, dan potensi yang di miliki anak.
       Penggunaan label juga bergeser pada gurunya, dulu namanya guru pendidikan khusus,saat inin bergeser  menjadi guru pembimbing khusu, guru ruang khusus, guru orientasi &mobilitas , dsb. Reynold dan birch(1988) dalam Sunardi (1996) mengusulkan perubahan yang lebih moderat, tetapi logis dapat di laksanakan.
       Pertama, label tertentu layak untuk di pertahanka, seperti gangguan penglihatan , pendenganran wicara, cacat berat, dan berbakat. Mempertahankan label bukan bereti mencegah para penyandang mengikuti pembelajaran bersama teman-temannya yang tidak berlabel. Anak ini memang mempuyai kebutuhan khusus dalam pendidikan, namun harus diingat bahwa setiap individu dalamkaegori yang sama harus dilihat secara individual.
     Kedua, untuk jenis kecacatan lain yaitu retardasi mental,berkesulitan belajar dan mengganggu emosi dan gangguan emosi, sebaiknya digunakan pendekatan non kategoris. Untuk penanganan anak-anak ini diperlukan kerjasama yang erat antara guru kelas dengan guru khusus, dengan mencipakan lingkungan yang memungkinkan semua anak terlayani dikelas-kelas biasa.
    Reynolds dan Birch (1988) dalam Sunardi (1996) juga mengemukakan beberapa tips dalam pengembangan labelnya, yaitu:
1. Dengan memperkuat program-program intergrasi, upaya terus diadakan untuk semakin memperkecil jumlah anak usia sekolah yang diklasifikasikan sebagai cacat.
2. Proses diagnosa dan klasifikasi siswa harussepenuhnnya berorientasi pada perbaikan pembelajaran berdasarkan kurikulum (curriculum based classification and diagnoses), bukan berorientasi pada penyebab (etiology and simple prognoses).
3. Kategori kelainan yang dipakai seharusnya lebih bersifat administratif dan edukatif, dengan menghindarkan hal-hal yang sangat medis yang dapat menimbulkan asumsi bahwa kelainan itu menular.
4. Diagnosa sebaiknya bersifat dimensional berdasarkan semua data asesmen, bukan bersifat kategoris atau tipologis.
5. Proses asesmen harus sepenuhnya berorientasi pada kebutuhan khusus anak dalam layanan pendidikan.
6.  Anak-anak cacat ringan sebaiknya dilayani secara non kategoris.
7. Guru PLB (khusus) non kategoris bekerja dikelas biasa untuk dapat melayani anak yang memerlukan berbagai jenis layanan khusus.
8. Dana khusus plb seharusnya dikaitkan dengan jenis layanan atau tenaga khusus, bukan pada jenis kecacatan yang disandang anak.
9. PLB bekerja sama dengan pendidikan biasa dalam upaya pencegahan kecacatan dan penyediaan layanan bagi anak yang memang termasuk luar biasa.












BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pemberi label resmi ditunjuk oleh sebagian besar anggota masyarakat untuk mengidentifikasi individu yang tidak memenuhi kriteria keabnormalan yang disepakati masyarakat. Sistem peradilan (polisi, jaksa, hakim) melabel seseorah yang melakukan tindak kejahatan sebagai penjahat. Namun, saat ini penggunaan label mulai dihentikan, salah satu alternatif yaitu dengan mendeskripsifkan kebutuhan anak, yang meliputi hambatan, kelemahan, kemampuan, dan potensi yang di miliki anak.

B. Saran     
     Semoga mahasiswa mengetahui tentang label anak berkebutuhan khusus. Karena pada kenyataanya sekarang anak berkebutuhan khusus sudah sering dijumpai di masyarakat dewasa ini dengan anak-anak normal lainnya.  mau tidak mau harus mengetahui bagaiman label pada anak berkebutuhan khusu tersebut tanpa terkecuali.

                                    




DAFTAR PUSTAKA
            Ganda Sumekar.2012.Ortopedagogik.Padang:UNP Press.
            Nurjannah.enje14.wordpress.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kel 5 afgan SISTEM SARAF TEPI

ANATOMI, FISIOLOGI, NEUROLOGI, DAN GENETIKA SISTEM SARAF TEPI DISUSUN OL...